Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia
Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Next Best President Republik Indonesia

Rabu, 28 Mei 2014

PROSPERO



PROSPERO

“Kematian Merah” telah sejak dulu meluluh-lantakkan negara. Tidak ada wabah yang pernah lebih mematikan atau mengerikan daripada wabah itu. Darah adalah entitas asarnya dan segelnya – darah yang kemerah-merahan dan mengerikan. Mula-mula muncul rasa sakit yang dahsyat, dan kemudian terjadi pendarahan parah dari pori-pori yang mengakibatkan kematian ... dan seluruh gejala penyakit itu, mulai dari kejang-kejang, bertambah parahnya penyakit itu, dan kematian akibat penyakit tersebut terjadi hanya dalam waktu  setengah jam saja. Tetapi Pangeran Prospero bahagia dan tidak gentar serta cerdas. Ketika daerah kekuasaannya berkurang setengah populasinya, ia memanggil seribu temannya yang kuat dan sehat dan periang dari antara para ksateria dan lady  di istananya, dan bersama  mereka ia bersembunyi ke tempat pengasingan di salah satu  purinya. Puri ini adalah bangunan yang luas dan megah, ciptaan  si pangeran sendiri yang bercita ras aksentrik namun amat megah. Sebuah dinding yang kuat dan tinggi mengelilingi puri itu. Dinding ini memiliki gerbang besi. Para penghuni istana itu, setelah memasuki istana tersebut, membawa perapiann dan palu-palu besar dan me – las gemboknya. Mereka bertekad tidak menyisakan jalan masuk atau keluar walaupun misalnya muncul dorongan kata hati yang mendadak akibat keputus asaan atau kegilaan dari penghuni gedung itu. Puri itu diisi banyak sekali persediaan makanan. Dengan tindakan pencegahan itu, para penghuni istana itu bisa menghindari tertularnya penyakit tersebut. Penduduk dunia luar bisa mengurus dirinya sendiri, sementara itu, berduka atau berpikir merupakan tindakan yang bodoh. Sang pangeran telh menyediakan semua sarana kesenangan. Ada para pelawak, ahli improvisasi, para penari balet, para musisi, gadis-gadis cantik, dan anggur. Di dalam bangunan itu terdapat semua ini dn juga keamanan. Di luar bangunan ini terdapat “kematian Merah” . menjelang akhir bulan kelima atau keenam pengasingan dirinya, dan selagi wabah itu meraja lela dengan amat dahsyat di luar negeri, Pangeran Prospero menghibur ribuan temannya pada pesta dansa topeng yang kemegahannya amat tidak lazim. Pesta topeng itu amat merih ... dan kesuka riaan  itu terus menerus berlanjut hingga akhirnya terdengar suara jam dinding menunjukkan tengah malam ... dan mungkin sebelum gema terakhir dentang jam dinding itu berhenti, ada banyak individu di tengah gerombolan massa yang tadinya bersantai tiba-tiba menyadari keberadaan satu sosok bertopeng yang tadinya tidak menarik perhatin  individu manapun sama sekali ... sosok itu tinggi dan kurus kering dan cekung, dan kurus kering dan juga cekung, dan diselubungi kain kafan dari kepala hingga ujung kaki. Topeng yang menyembunyikan wajah itu dibuat hampir mirip dengan tampang satu mayat kaku sehingga jika ditelaah dengan seksama pasti siapapun sulit membedakan apakah wajahnya adalah topeng atau bukan. Namun demikian, semua ini munkin sanggup dihadapi jika tidak ada dukungn dari orang-orang yang bersuka ria dan edan disekelilingnya. Tetapi sosok bertopeng itu telah bertindak jauh dengan meniru jenis kemrian merah. Bajuny berlumuran darah – dan alisnya yang lebar serta seluruh wajahnya dilabur warna merah tua yang mengerikan ... segerombolan orang yang bersuka ria seketika itu juga masuk ke dalam ruangan hitam itu, dan setelah merenggut tubuh si sosok bertopeng yang tinggi, tegak bersiri, dan tak bergeming di dekat bayang-bayang jam dinding kayu hitam itu, terkesiap ngeri saat mendapati kain kafan dan tampang mirip mayat, yang mreka hadapi dengan amat kasar, ternyata tidak memiliki bentuk tubuh nyata sama sekali. Dan sekarang mereka baru mengakui keberadaan kematian merah. Ia telah datang bak seorang pencuri di tengah malam. Dan satu persatu orang-orang yang bersuka ria itu ambruk di aula pesta yang berlumuran darah, dan masing-masing dari mereka mati dengan postur tubuh menyedihkan saat jatuh ke lantai. Dan jam inding kayu hitam itu pun berhenti berfungsi bersamaan dengan kematian para tamu pesta itu. Dan nyala api di perapian pun padam. Dan kegelapan serta pembusukan dan kematian merah menguasai segalanya tanpa batas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar