Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia
Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Next Best President Republik Indonesia

Selasa, 27 Mei 2014

BENTENG (BUKIT)







BENTENG (BUKIT)

Benteng yang berdiri menjulang di bukit  menjadi simbol  segalanya yang dibenci dalam kekuasaan dan kewenangan. Warga kota mengkhianati anda dan membelot kepada musuh pertama yang datang. Karena terputus dari komunikasi dan pengetahuan, benteng itu pasti mudah jatuh ke tangan musuh.

PANGERAN DAN BENTENG (CATUR)






PANGERAN DAN BENTENG (CATUR)

Seorang pangeran yang baik dan bijak, yang ingin mempertahankan karakter tersebut dan juga menghindari  memberi peluang kepada para putranya untuk menindas, tidak akan pernah membangun benteng supaya mereka bisa mengandalkan itikad baik rakyat mereka alih-alih mengandalkan kekuatan benteng-benteng itu.







PEDANG






PEDANG

Ketika anda bertemu seorang ahli pedang, hunuskan pedang anda; jangan deklamasikan puisi kepada seseorang yang bukan seorang penyair.

LUPA DEH AGUIRRE .........................................





LUPA   DEH   AGUIRRE


Karakter (Lo de) Aguirre digambarkan dengan cukup jelas dalam sebuah anekdot sejarah Garcilaso de la ve ga, yang mengisahkan bahwa pada tahun 1548 Aguirre adalah anggota sebuah peleton tentara yang mengantarkan budak-budak Indian dari Potosi (Bolivia) ke sebuah gudang bendahara kerajaan. Para budak Indian itu secara illegal disuruh membawa banyak perak, dan seorang pejabat lokal menangkap Aguirre, memberinya hukuman dua ratus pecutan sebagai ganti denda karena telah menindas bangsa Indian. “tentara Aguirre, setelah menerima pemberitahuan tentang hukuman itu, memohon kepada hakim utama bahwa alih-alih dipecut, lebih baik ia dibunuh, karena ia dilahirkan sebagai seorang pria gagah perkasa... semua permintaan ini tidak mempengaruhi sang hakim yang memerintahkan si penjagal untuk mengelurkan seekor hewan buas dan melaksanakan hukuman tersebut. Si penjagal datang ke penjara dan mendudukkan Aguire di atas hewan buas itu ... hewan buas itu di usir dan Aguirre menerima hukuman pecut itu ...” setelah dibebaskan, Aguirre mengumumkan niatnya untuk membunuh pejabat yang telah menghukumnya, yaitu sang hakim Esquivel. Masa jabatan Esquivel berakhir dan ia kabur ke Lima yang letaknya 1.248 Km dari sana, tetapi dalam waktu lima belas hari Aq\guirre berhasil melacaknya ke sana. Sang hakim yang ketakutan berangkat ke Quitto. Perjalanan itu menempouh jarak 1.560 km dan dalam waktu dua puluh hari Aguire tiba disana. “ketika Esquivel mendengar tentang keberadaannya,” menurut Garcilaso, “ia pergi lagi sejauh 1.950 km ke Cuzco; tetapi dalam waktu beberapa  hari Aguire pun tiv di sana setelah berkelana dengan jalan kaki dan tanpa alas kaki dan mengatakan bahwa seorang pria yang dipecut tidak berhk menunggangi kuda atau pegi ke tempat dimana ia bisa terlihat oleh orang lain. Dengan cara ini, Aguirre mengikuti si hakim selama tiga tahun empat bulan.” Karena letih dikejar , Esquivel tetap tinggal di Cuzco , sebuah kota besar yang diperinth dengan amat tegas sehingga ia meras bahwa ia akan aman dari Aguirre,ia memilih sebuah rumah di dekat katedral dan tidak pernah berani keluar rumah tanpa sebilah pedang dan sebuah belati. “namun demikian, pada hari senin tertentu pada tengah hari, Aguirre memasuki rumah Esquivel, dan setelah mengelilingi rumah itu dan melewati sebuah koridor, sebuah ruang tamu, sebuah ruangan, dan sebuah ruang dalam tempat sang hakim menyimpan buku-bukuny, akhirnya Aguirre menemukan sang hakim yang tertidur saat membaca salah satu bukunya dan menusuknya hingga mati. Si pembunuh kemudian keluar dari sana, tetapi ketika ia mencapai pintu depan rumah itu, ia sadar bahwa ia melupakan topinya, dan ia cukup berani untuk kembali dan mengambilnya, lalu keluar dan berjalan kaki menyusuri jalan.”

SI GAGAK DAN SI DOMBA







SI GAGAK DAN SI DOMBA


Seekor gagak yang gemar membuat onar duduk di punggung seekor domba. Si domba, bertentangan dengan keinginannya, membawanya maju mundur lama sekali dan akhirnya berkata, “jika kau memperlakukan seekor anjing dengan cara ini, kau akan mendapat ganjarannya dan mati diantara deretan gigi tajamnya,” mendengar ucapan itu, si gagak membalas, “aku tidak suka pihak yang lemah dan  hanya menyerah kepada pihak yang kuat . aku tahu siapa yang bisa kugertak dan siapa yang harus kusanjung, dan dengan cara itu kuharap aku bisa memperpanjang hidupku hingga usia tuaku.”