PERTANDINGAN
TINJU DAN PENJUALAN PONDOK
The
Yellow Kid telah mengincar Geezil sebagai orang bodoh yang sempurna jauh-jauh
hari sebelum ia mempersiapkan tipuannya. Ia tahu bahwa tipuan pertandingan
tinju itu adalah tipu muslihat yang sempurna untuk memisahkan Geezil dari
uangnya dengan cepat dan pasti. Tetapi ia juga tahu bahwa jika memulainya
dengan mencoba membuat Geeazil tertarik kepada pertndingan tinju itu, ia pasti
gagal total. Ia harus menyembunyikan niatnya dan mengalihkan perhatian,
menciptakan tabior asap – dalam kasus ini penjualan pondok itu.
Dalam
perjalanan naik kereta dan di kamar hotel, benak Geezil benar-benar asyik
memikirkan kesepakatan yang tertunda, keuntungan yang diperoleh dengan mudah
dan peluang untuk bergaul erat dengan para kaya raya sehingga ia gagal
menyadari bahwa Gross tidak bugar dan
minimal sudah berusia paruh baya, begitulah kekuatan tabir asap untuk
mengalihkan perhatian kita. Karena asyik memikirkan kesepakatan bisnis,
perhatian Geezil teralihkan dengan mudah kepada pertandingan tinju itu, tetapi
hanya hingga sudah terlambat baginya untuk menyadari perincian yang menguak
jati diri Gross sesungguhnya. Bagaimanapun juga pertandingan itu sekarang
tergantung dari suatu sogokan alih-alih kondisi fisik si poetinju. Dan pada
akhirnya, perhatian geezil amat terpecah oleh ilusi kmatian si petinju sehingga
ia benar-benar lupa tentang uangnya.
Belajarlah
dari the Yellow Kid: kedok yang familier dan tidak menarik perhatian adalah
tabir asap yang sempurna. Dekati sasaran anda dengan gagasan yang sepertinya
cukup biasa-biasa saja – suatu kesepakatan bisnis, suatu intrik finansial.
Benak si bodoh teralih perhatiannya dan kecurigaannya pun lenyap. Saat itulah
anda perlu dengan lembut membimbingnya ke arah jalur kedua anda, jalur melandai
yang licin yang ia turuni tanpa daya menuju perangkap anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar