Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia
Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Next Best President Republik Indonesia

Selasa, 03 Juni 2014

CANGKIR (HIDANGAN)






CANGKIR (HIDANGAN)

Selama beberapa abad setelah kejatuhan Dinasti Han (222 Masehi), sejarah Cina menunjukkan pola kudeta berdarah dan penuh kekerasan yang sama berturut-turut. Para tentara berkomplot membunuh seorang kaisar yang lemah, kemudian menggantikannya di Tahta dengan seorang jenderal yang kuat. Sang jenderal memulai dinasti baru dan menobatkan dirinya sebagai kaisar; guna memastikan kelangsungan hidupnya sendiri; ia membunuh sesama jenderal lain. Namun demikian, beberapa tahun kemudian pola itu berulang. Jenderal-jenderal baru bangkit dan membunuhnya atau putra-putra mereka pada gilirannya. Menjadi kaisar Coma berarti sendirian, dikelilingi oleh sekelompok musuh – itulah jabatan paling lemah dan paling tidak aman di negara tersebut. Pada tahun 959 Masehi, jenderal Chao Kuang yin menjadi kaisar Sung. Ia tahu kemungkinannya bertahan hidup, yaitu bahwa dalam waktu satu atau dua tahun ia pasti dibunuh; bagaimana ia bisa mengehntikan pola tersebut? Segera setelah menjadi kaisa , sung memerintahkan pagelaran pesta jamuan untuk merayakan dinasti barunya dan mengundang para komandan tentaranya yang paling berkuasa. Setelah mereka minum banyak anggur, ia membubarkan para penjaga dan semua orang kecuali para jenderal itu, yang sekarang merasa takut kalau-kalau ia akan membunuh mereka sekaligus. Sebaliknya , ia berkata kepada mereka: “sepanjang hari ini dihabiskan dengan perasaan takut, dan aku merasa tidak bahagia di meja makan maupun di ranjangku, karena siapa di antara kalian yang tidak bermimpi naik tahta? Aku tidak meragukan kesetiaan kalian, tetapi jika secara kebetulan para bawahan kalian, yang ingin memperoleh kekayaan dan jabatan tiunggi, memaksa kalian menjadi kaisar, bagaimana mungkin kalian bisa menolaknya?” dalam keadaan mabuk dan takut kehilangan nyawa mereka , para jenderal menyatakan bahwa mereka tidak bersalah dan bahwa mereka setia kepada sang kaisar. Tetapi Sung memiliki ide lain : “cara terbaik  untuk melewati hari-hari kita adalah dengan jalan damai dan sambil  menikmati kekayaan dan kehormatan. Jika kalian bersedia menyerahkan komando kalian, aku siap memberi kalian tanah yang baik dan tempat tinggal yang indah dimana kalian bisa bersenang-senang denga para penyanyi dan gadis-gadis sebagai teman kalian.” Para jenderal yang terkejut itu menyadari bahwa alih-alih hidup di tengah kecemasan an perebutan kekuasaan, Sung menawarkan kekayaan dan keamanan kepada mereka. Keesokan harinya , semua jenderal itu mengundurkan diri dan pensiun sebagai bangsawan yang menikmati tanah dan tempat tionggal yang Sung anugerahkan kepada mereka. Sekali pukul, Sung, mengubah sekelompok serigala “ramah”, yang mungkin bisa mengkhianatiunya, menjadi sekelompok domba penurut yang berada jauh dari tampuk kekuasaan. Selama beberapa tahun kemudian, sung melanjutkan kampanyenya untuk mengamankan kekuasaannya. Pada tahun 971 Masehi, Raja Liu dari Han selatan akhirnya menyerah padanya setelah bertahun-tahun memberontak. Liu merasa terkejut karena Sung memberinya jabatan di istana raja dan mengundangnya ke istana untuk menyegel persahabatan baru mereka dengan anggur. Saat raja Liu menerima gelas yang diangsurkan Sung padanya, ia bimbang, takut kalau-kalau minuman itu mengandung racun. “kejahatan hamba memang patut membuat hamba dijatuhi hukuman mati,” teriaknya, “tetapi kumohon agar Yang Mulia menyelamatkan nyawa hamba. Aku benar-benar tidak berani meminum anggur ini.” Kaisar Sung tertawa, mengambil gelas itu dari tangan Liu, dan menenggaknya sendiri. Tidak ada racun dalam anggur itu. Sejak saat itu, Liu menjadi teman kpercayaan dan teman setia Sung. Pada saat itu, Cina telah terpecah belah menjadi banyak kerajaan yang lebih kecil. Ketika Chien Shu, raja salah satu kerajaan kecil, dikalahkan, para menteri Sung menasehati sang kaisar untuk mengurung pemberontak ini. Mereka memberikan berbagai dokumen yang membuktikan bahwa ia masih berkomplot untuk membunuh Sung. Namun demikian, ketika Chien Shu datang untuk mengunjungi kaisar, sung menghormatinya. Ia juga memberinya sebuah bungkusan, dan ia menyuruh mantan raja itu untuk membukanya ketika ia berada di tengah jalan dalam perjalanannya pulang. Chien shu membuka bungkusan itu dalam perjalanan pulangnya dan menyadari bahwa bungkusan-bungkusan itu berisi semua berkas-berkas yang mendokumentsikan konspirasinya. Ia sadar  bahwa sung mengetahui rencana  untuk membunuhnya, namun tetap menyelelamatkan nyawanya. Kemurahan hati ini merebut Chien Shu, jadi ia pun menjadi salah seorang pengikut Sung yang paling setia. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar