Pada
suatu hari Tn. kambing memutuskan bermurah hati dan mengundang makan Tn. Burung
Bangau Tua . makan malam itu tidak rumit-karena biasanya ia kikir, ia tidak
menyajikan hidangan kaki yang lengkap- sesungguhnya ia hanya menyajikan sebuah
piring ceper yang diisi bumbu encer. Dalam waktu semenit Tn. kambing telah
menjilat bersih piringnya; sementara itu tamunya yang berusaha makan dengan
paruhnya, tak bisa menyantap sedikit pun bubur itu. Untuk membalas dendam atas
lelucon keji ini, si burung bangau mengundang
si kambing makan malam seminggu kemudian. “dengan senang hati aku mau”. Jawab si kambing; “bila di undang makan oleh
teman-temanku, aku tak pernah menolak.” Pada hari itu si rubah berlari ke rumah
tuan rumahnya. Tepat waktu dan seketika itu juga mulai memuji segalanya: “cita
rasa yang hebat! Elok sekali dan makanan itu dimasak matang sebagaimana
mestinya!” kemudian duduklah ia dengan penuh selera (kambing selalu siap
makan) dan menikmati aroma daging yang
lezat itu. Yang disajikn adalah daging cincng
dan disajikan kepada si kambing dalam botol berleher panjang dan bermulut
sempit. Untuk membalas dendam padanya. Burung bangau itu, yang memasukkan
paruhnya dengan mudah ke botol itu menikmati hidangan dengan paruh panjangnya;
tetapi moncong si rubah ukuran dan bentuknya tidak sesuai dengan botol itu,
jadi ia terpaksa kembali ke sarangnya dengan perut kosong, ekor turun, telinga
terkulai. Dengan wajah merah padam semerah seekor rubah yang telah tertangkap
oleh seekor ayam betina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar