MASALAH
SI MORPHY DALAM CATUR
Mempelajari
cara bermain catur sekilas menunjukkan kepada kita bahwa catur adalah permainan
pengganti seni perang dan memang telah menjadi kegiatan pelengah waktu favorite
sebagian pemimpin militer terhebat, mulai dari William si Penakluk hingga
Napoleon. Dalam pertandingan antara musuh yang berlawanan, prinsip-prinsip
strategi dan taktik catur yang sama ditunjukkan dalam perang sungguhan.
Pandangan jauh ke depan dan sifat penuh perhitungan yang sama pun dibutuhkan,
dan kemampuan yang sama untuk meramalkan rencan musuh serta kekakuan
pengambilan keputusan disertai konsekuensi yang muncul kemudian bahkan lebih
kejam lain dalam perang sungguhan. Leih dari itu, jelaslah bahwa motif bawah
sadar yang menggerakkan para pemain itu bukan hanya kegemaran terhadap
karakteristik semu permainan kompetitif, melainkan juga kegemaran terhadap
karakteristik semua permainan kompetitif, melainkan juga kegemaran terhdap karakteristik
membunuh sosok ayah yang lebih suram. Memang benar bahwa tujuan asli menangkap
raja telah dihapuskan, tetapi dari sudut pandang motiif tidak ada perubahan
tujuan masa kini yang penting selain dari membuat sang raja mati kutu, kecuali
dalam persoalan kekasarann ... “SKAK MATT” secara harafiah berarti “sang raja sudah mati ...”
Pengetahuan kita tentang motif bawah sadar bermain catur memberi tahu kita
bahwa yang dilambangkan oleh permainan itu adalah keinginan untuk menaklukkan
sosok ayah dengan cara yang bisa diterima ... sudah pasti penting untuk dicatat
bahwa petualangan menegangkan Paul Morphy (JUARA CATUR ABAD SEMBILAN
BELAS) menuju dunia pertandingan catur
yang lebih tinggi dimulai setahun setelah kematian mendadakk ayahnya yang tak
terduga, yang amat mengejutkan dirinya, dan kita bisa menduga bahwa usahanya
yang brilian untuk mencapai keunggulan, seperti drama Hamlet karya Shakespeare
dan buku The Interpretation of Dreams karya Freud, merupakan reaksi terhadap
peristiwa krisis ini ...
Sekarang
sebaiknya kita bahas cara Morphy menerima kesuksesan, karena kesuksesan itu
sedemikian hebatnya sehingga memancing pertanyaan apakah kejatuhannya di
kemudian hari mungkin dipengaruhi oleh jenis kondisi yang telah Freud gambarkan
dengan sebutan Die am Erfolge Scheitern (“orang-orang yang dihancurkan oleh
kesuksesan”) ... setelah dilatih agar lebih memahami bahwa psikologi, Morphy
merasa takut kepada keangkuhannya sendiri ketika pers mempublikasikan dirinya
9atas kesuksesan besarnya) dan Freud menerangkan bahwa orang-orang yang hancur
di bawah tekanan kesuksesan yang terlalu besar mengalami kejadian itu karena
mereka hanya bisa bertahan menghadapinya dalam khayalanmereka saja, bukan dalam
kehidupan nyata. Mengebiri si ayah dalam suatu mimpi merupakan persoalan yang
amat berbeda dengan melakukannya dalam kehidupan nyata. Situasi tersebut yang
terjadi dalam kehidupan nyata pasti memancing perasaan bersalah terdalam dari
alam bawah sadar manusia, dan konsekuensinya mungkin berupa gangguan Jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar