APEL EMAS
Pada zaman dahulu kala ada
seorang Raja Arhem yang karena sifatnya mudah penasaran an selalu membutuhkan
pengalih perhatian baru, mengirimkan para tentaranya ke seluruh pelosok daratan itu untuk menyampaikan pengumuman
berikut ini : “dengarlah pegumuman ini! Siapapun diantara kalian yang bisa
membuktikan dirinya sebagai pendusta paling keterlaluan di Arhem akan menerima
sebutir apel yang dibuat dari emas murni dari Yang Mulia Raja”. Banyak orang
mulai datang berduyun-duyun ke istana dari setiap kota kecil dan dusun di
negara itu, orang-orang dari berbagai jabatan dan kondisi, para pangeran,
saudagar, petani, pendeta, orang kaya dan miskin, orang-orang yang tinggi dan
pendek, oranggemuk dan kurus. Negara itu tidak kekurangan pendusta dan
masing-masing pendusta menceritakan dongengnya kepada sang raja. Namun
demikian, seorang penguasa telah mendengar hampir setiap jenis dusta, jadi
tidak ada satu pun dusta yang sekarang diceritakan padanya yang meyakinkan sang
raja bahwa ia telah mendengarkan dusta terbaik. Sang raja mulai muak kepada
jenis olahraga baru ini dan ia sedang berpikir hendak membatalkan seluruh
kontes itu tanpa menyatakan pemenangnya ketika muncul seorang pria miskin yang
berbusana compang camping dihadapannya, membawa sebuah periuk tanah liat besar
yang dikepit di ketiaknya. “apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanya yang mulia.
“Tuan!” sahut pria miskin itu dengan sedikit bingung. “anda pasti ingat, bukan?
Anda berutang sebelanga emas padaku, jadi aku telah datang untuk mengambilnya.”
“kau adalah seorang pendusta yang sempurna, Tuan~!” pekik sang raja. “aku tidak
berutang uang padamu!” “apakah aku
seorang pendusta yang sempurna?” tanya si pria miskin itu. “kalau begitu
berikan apel emas itu padaku!” sang raja, yang menyadari bahwa pria itu sedang
berusaha menipunya, mulai mengelak. “tidak, tidak! Kau bukan seorang pendusta!”
kalau begitu berikan aku sebelanga emas karena itulah utangmu padaku, Tuan,”
sahut pria itu. Sang raja memahami dilemanya. Ia menyerahkan apel emas itu
kepada pria itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar