Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia
Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Best Next President Republik Indonesia

Miftachul Wachyudi (Yudee) is My Next Best President Republik Indonesia

Sabtu, 24 Mei 2014

PERANG DI PARSALIA



PERANG DI PARSALIA
                   
Ketika kedua pasukan (July Sasar dan Pompy) memasuki Parsalia, dan kedua kubu itu berkemah di sana, pikiran Pompy sama seperti sebelumnya, yaitu bahwa ia tidak menyetujui peperangan ... tetapi orang-orang yang berada di sekitarnya merasa yakin tentang kesuksesan mereka... seolah mereka sudah menaklukan musuh ... pasukan kavaleri terutama bertekad berperang, karena mereka telah dipersenjatai dengan sangat lengkap dan memiliki banyak kuda yang pemberani, dan mereka menilai diri mereka dari kuda –kuda gagah yang mereka pelihara, dan dari pasukan mereka yang gagah; dan keuntungan jumlah pasukan mereka, karena psukan mereka yang bejumlah lima ribu orang melawan seribu orang pasukan sasar. Jumlh pasukan infanteri pun tidak berimbang jumlahnya , karena pasukan infantery pompey yang berjumlah empat puluh lima ribu orang melawan pasukan infanteri Sasar  yang berjumlah 22 ribu orang. (keesokan harinya) selagi pasukan infanteri terlibat dalam perang utama , Pompy berkuda dengan percaya diri dan menyebarkan pasukan kavalery  dengan amat melebar supaya mereka bisa mengepung sayap kanan pasukan sasar. Tetapi sebelum mereka menyerang, antek-antek sasar bergegas keluare dan menyerang mereka, dan tidak mengarahkan tombak mereka dari kejauhan atau menyerang paha dan kaki pasukan pompy, seperti yang biasanya terjadi dalam perang jarak dekat, melainkan mengarahkan tombak ke wajah mereka. Karena begitulah instruksi sasar kepada mereka dengan harapan agar para pemuda tentara itu, yang belum tahu banyak tentang peperangan dan luka, tetapi yang memanjangkan rambut mereka dan pada puncak keremajaan mereka dan puncak keelokan fisik mereka, pasti mencemaskan serangan semacam itu dan tidak mau mengambil resiko menghadapi bahaya di masa kini yang pasti merusak masa depan mereka. Jadi, terbuktilah bahwa saat mereka berada amat jauh dari sasaran tombak-tombak ini, tetapi mereka malah memalingkan kepala danb menutupi wajah mereka untuk mengamankannya. Setelah mengalami kekaauan, sekarang mereka berbalik dan hendak kabur; jadi mereka merusak segalanya dengan amat memalukan. Orang-orang yang telah mengalahkan mereka mengepung pasukan infanteri itu seketika itu juga, dan mereka maju terus dan menghancurkan musuh secara total. Pompy, yang telah mengomandoi sayap lain pasukannya, ketika melihat pasukan kavalerinya kacau balau an berhamburan mundur, tidak lagi seberani tadio, dan ia juga tidak ingat bahwa ia adalah Pompy yang hebat, tetapi ibarat manusia yang telah direbut indra-indranya oleh seorang dewa, ia kembali ke tendanya tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan di sana ia duduk dan menunggu hasil perang itu hingga seluruh pasukannya kocar kacir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar